Pesta Demokrasi


Pesta Demokrasi, setiap kali datang berpeluang untuk saya kehilangan teman. Halaman facebook yang tiba-tiba penuh dengan postingan menjatuhkan atau memaparkan kekurangan salah satu calon, kata-kata kasar yang dengan tidak takut di tuliskan begitu saja padahal di baca oleh banyak orang. Jika kata-kata kasar itu sudah tertulis, tidak ada ragu untuk saya segera unfollow atau unfriend.

Sebenarnya saya sebal sekali setiap kali pesta Demokrasi datang, karena tiba-tiba disuguhkan postingan yang tidak bisa di terima oleh hati. Karena tiba-tiba begitu banyak teman yang tampil seolah benar sendiri. Mau tidak mau saya harus mengikuti jalannya politik, baik itu saya dapatkan dari membaca atau melihat lewat beberapa stasiun TV. Saya tidak mau mempercayai berita-berita negative tentang salah seorang calon hanya dari postingan segolongan orang, karena menurut saya itu lebih berpotensi mementingkan golongan.

Berbeda pandangan, boleh. Berbeda pilihan calon, tentu saja boleh. “ Tapi please, jangan menyuguhkan bahasa-bahasa yang tidak manusiawi. Dukung pilihan kita dengan cara yang baik, tidak perlu kita mencari-cari kekurangan calon pasangan lain. cukup kita share kelebihan-kelebihan pasangan calon yang kita usung, itu cukup!

Tidak dipungkiri, setiap kali pesta Demokrasi datang, kita sebagai rakyat repot sendiri. Ketika ada postingan yang menjelekan salah satu pasangan calon yang di usung, kita sibuk beradu argument lewat dunia maya, kita sibuk membenarkan diri, kita sibuk saling caci maki. Padahal pasangan calon yang di usung damai-damai saja. Sepertinya itu menjadi kelemahan kita, kita dengan cerobohnya menunjukan betapa kita ini mudah sekali diprovokasi oleh kalimat-kalimat yang tidak ada seorang pun yang bisa di mintai pertanggungjawabannya.

Pesta Demokrasi yang sehat itu, di isi dengan tulisan-tulisan yang menjelelaskan keunggulan  pasangan calon yang di usung karena bukan kah itu inti tujuan seseorang berkampanye “agar orang mengenal siapa dirinya” meyakinkan banyak orang bahwa dirinya layak untuk dipilih.

Kita sebagai pendukung tidak perlu sengotot itu menyakinkan banyak orang bahwa  pasangan calon yang kita usung adalah yang terbaik. Jadi warga yang sopan, fokus menilai apa yang di lakukan pasangan calon yang bersangkutan mengkampanyekan dirinya. Jika kita begitu ngotot meyakinkan orang lain agar satu paham dengan pilihan kita itu berarti kita tidak percaya dengan kemampuan pasangan calon tersebut untuk meyakinkan banyak orang, seolah kita yakin bahwa pasangan calon tersebut sebenarnya tidak layak untuk dipilih.

Membeberkan dan mencari-cari kekurangan orang lain itu berarti kita tidak punya kelebihan untuk diperlihatkan. Dan itu berlaku dalam pesta Demokrasi ini.




0 comments:

Post a Comment